Belajar mendengarkan, hari ini terasa lebih sulit dibandingkan belajar berbicara. Siapapun yang tidak bisu pasti bisa berbicara, meskipun bobot isi pembicaraannya bervariasi. Namun, belajar mendengarkan orang yang sedang berbicara dan fokus menghargai percakapan meskipun kita sudah tahu isi pembicaraannya terasa semakin sulit. Kehadiran teknologi, khususnya ponsel, membuat situasi semakin rumit. Dalam suasana pertemuan, sering kali kita berkumpul tetapi merasa jauh, meskipun secara fisik kita berada di dekat satu sama lain.
Dalam pengalaman saya mengajar mahasiswa di kelas, kami sepakat untuk menetapkan aturan bahwa ponsel harus diletakkan selama perkuliahan. Jika ada yang benar-benar membutuhkan, pintu kelas akan ditutup dari luar. Bagaimana mungkin seseorang dapat menyerap ilmu jika tubuh dan pikirannya tidak menyatu? Untuk mendapatkan wawasan baru, seseorang harus mampu berkonsentrasi. Tanpa konsentrasi, saat tiba waktunya diskusi, percakapan hampir dipastikan tidak akan nyambung.
Setelah mengamati, saya melihat perbedaan yang jelas antara kelas yang menerapkan aturan larangan penggunaan ponsel dengan kelas yang membebaskan penggunaan ponsel. Kelas yang fokus, tanpa gangguan ponsel, jauh lebih hidup dan aktif. Satu jam di kelas terasa singkat dan bahkan kurang. Semua penghuni kelas berpartisipasi aktif, diskusi berlangsung dengan hidup, saling bertukar pendapat, gagasan, dan ide. Situasi ini jauh berbeda dengan kelas yang terasa sepi dan tidak produktif, karena kurangnya konsentrasi. Dengan bahan hasil mendengarkan yang fokus, setiap diskusi langsung tersambung dengan informasi yang sudah tersimpan di memori otak, sehingga proses analisis, kritik, dan pemahaman berkembang dengan sendirinya.
Penelitian juga menunjukkan bahwa konsentrasi dan keterlibatan aktif dalam diskusi sangat dipengaruhi oleh pengurangan distraksi, salah satunya adalah penggunaan ponsel. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of California, Los Angeles (UCLA) menemukan bahwa penggunaan ponsel saat belajar atau dalam lingkungan perkuliahan dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk memproses informasi secara mendalam, bahkan jika ponsel tersebut hanya berada dalam jangkauan penglihatan. Ketika mahasiswa atau peserta didik terfokus pada ponsel, mereka cenderung lebih sedikit menyerap informasi dan kurang terlibat dalam percakapan, yang pada gilirannya mempengaruhi kualitas pemahaman dan kemampuan untuk berinteraksi secara konstruktif dalam diskusi. Penelitian ini menegaskan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang bebas dari gangguan digital untuk mendukung konsentrasi, meningkatkan kualitas diskusi, serta memfasilitasi proses berpikir kritis yang lebih tajam. Hal ini sejalan dengan pengamatan saya bahwa kelas yang terfokus tanpa gangguan ponsel menunjukkan keterlibatan yang lebih aktif dan hasil belajar yang lebih optimal.
Dalam kesimpulannya, belajar mendengarkan dan berfokus pada percakapan saat ini menjadi tantangan besar, terutama dengan adanya gangguan dari ponsel yang terus berkembang. Namun, dengan menciptakan aturan yang mendukung konsentrasi dan mengurangi distraksi, seperti meletakkan ponsel selama perkuliahan, proses belajar dapat menjadi lebih efektif dan produktif. Penelitian yang ada juga menunjukkan bahwa pengurangan gangguan digital secara signifikan dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik, memungkinkan mereka untuk menyerap informasi lebih baik dan berpartisipasi lebih aktif dalam diskusi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bahwa konsentrasi yang utuh dan lingkungan belajar yang bebas dari gangguan merupakan kunci untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam, analisis yang tajam, dan keterampilan berpikir kritis yang lebih baik. Dengan demikian, menciptakan suasana belajar yang fokus tidak hanya akan memperkaya pengalaman belajar, tetapi juga memaksimalkan potensi intelektual setiap individu. Wallahu A’lam.
“Di dunia yang penuh distraksi digital, fokus adalah kunci untuk menyerap ilmu, berpartisipasi aktif, dan menghidupkan setiap percakapan.” Aab Zain.
Penulis : Moh. Abdullah, S. Pd. I., M. Pd